Tuesday

Cokelat, Obat Batuk Rendah Kolestrol

Di pedalaman Tenochtitlan, Mexico 1591, pelaut dan penjelajah Spanyol Hernan Cortez ditawari secangkir minuman hangat yang berasal dari sekeranjang biji-bijian yang kemudian dikenal sebagai biji kakao. Kelezatan menyergap. Ia langsung memprediksi biji-bijian itu bakal menggemparkan dunia. Tak lama setelah itu cokelat menjadi makanan dan minuman yang supermewah di Spanyol dan pada akhirnya tersebar ke seluruh daratan Eropa dan dunia.

Disamping sebagai makanan komplementer dengan kategori mewah-terjangkau, rupanya cokelat memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan tubuh manusia. Hasil penelitian ilmuwan Imperial College London yang dipublikasikan dalam jurnal FASEB mengemukakan bahwa cokelat mengandung theobromine yang bisa menghentikan batuk. Prinsip kerjanya, theobromine menekan aktivitas syaraf vagus penyebab batuk.

Prof. Maria Belvisi yang melakukan penelitian tersebut mengatakan, "Theobromine terbukti lebih ampuh dibandingkan dengan codein, bahan aktif obat batuk". Hal ini didukung oleh penelitian London’s National Heart & Lung Institute yang menunjukkan bahwa theobromine terbukti 33 persen lebih efektif dibandingkan kodein dalam menghentikan batuk.

Riset di Korea Selatan juga menunjukkan bahwa theobromine tidak menimbulkan efek samping yang berkaitan dengan terapi obat standar untuk batuk persisten.

Dari hasil beberapa penelitian tersebut, Inggris akan segera merilis obat batuk berbasis theobromine. Proyek riset obat yang akan dimulai tahun 2011 ini akan menjadi tahap terakhir dari uji klinis obat yang disebut BC1036 itu. Obat ini dikembangkan oleh SEEK, salah satu kelompok peneliti obat di Inggris.

Cokelat juga kaya dengan katekin, zat anti-oksidan yang kuat sebagaimana yang terdapat dalam teh (hijau), bahkan sebagian peneliti menjelaskan bahwa katekin pada cokelat lebih kuat dibandingkan yang terdapat pada teh. Demikian pula kadar kolestrol yang sangat rendah pada coklat meskipun tingkat kadar lemak dan gulanya tinggi.

Hal ini disebabkan karena lemak yang terdapat di dalam cokelat adalah lemak nabati atau yang biasa disebut sebagai cocoa butter, sebagian besar tersusun dari lemak netral (60%) khususnya stearat. Konsumsi cokelat dalam jumlah yang wajar dinyatakan aman bagi kesehatan.

Hasil penelitian Kris, Etherton dan Mustad (1994) menjelaskan bahwa konsumsi cokelat susu sampai dengan 280 g/hari tidak meningkatkan konsentrasi kolestrol 'jahat' Low Density Lipoprotein (LDL) dan total kolestrol plasma. Di Amerika Serikat, konsumsi cokelat hanya memberikan kontribusi 1% terhadap intake lemak total sebagaimana yang dinyatakan oleh National Food Consumption Survey tahun 1987-1998. Jumlah ini relatif sedikit dibandingkan dengan kontribusi daging (30%) dan susu (20%).

Salah satu jenis cokelat yang cukup baik berkorelasi dengan kesehatan adalah cokelat hitam. Penelitian terbaru menunjukkan, konsumsi cokelat dalam dosis kecil setiap harinya mampu memangkas risiko stroke dan serangan jantung hingga 40 persen. Sejumlah peneliti dari Jerman melaporkan, orang yang makan sekitar 6 gram cokelat atau sekitar satu persegi empat, memiliki risiko 39 persen lebih rendah terkena stroke atau serangan jantung. Dalam studi ini, para peneliti mengikuti riwayat kesehatan 20.000 orang selama enam tahun.

Senyawa flavonoid yang dipunyai cokelat hitam diyakini menjadi dalang dari khasiat cokelat untuk jantung. Flavonoid merupakan kelompok antioksidan yang juga ditemukan pada tanaman teh, sayuran, dan beberapa bahan yang lain. Riset membuktikan, 1,5 ons batang cokelat hitam memiliki 800 mg antioksidan.

"Mungkin sedikit terlambat untuk merekomendasikan orang makan lebih banyak cokelat. Tapi, jika orang mau mengganti camilan tinggi lemak atau bergula dengan sepotong kecil cokelat, mungkin akan berguna bagi kesehatannya," kata Brian Buijsse, pakar epidemiologi nutrisi dari German Institute of Human Nutrition.

Kendati begitu, para ahli yang lain juga mengingatkan bahaya cokelat yang dikonsumsi terlalu banyak terhadap kegemukan. Padahal, kegemukan sendiri merupakan faktor risiko masalah jantung.

"Hasil studi ini tidak menyarankan kita untuk terus makan cokelat setiap hari karena kita akan menjadi gemuk," kata Dr Robert Eckel, mantan Presiden American Heart Association. Ia menambahkan, cokelat memang kaya akan antioksidan, tapi masih dibutuhkan studi lebih mendalam untuk melihat manfaat langsung cokelat terhadap kesehatan jantung.

Sumber Tulisan :

Khasiat di Balik Kelezatan Cokelat. Majalah Trubus. No. 424. Maret 2005.

http://health.kompas.com/read/2010/12/22/11391097/Segera.Hadir.Obat.Batuk.dari.Cokelat

http://kesehatan.kompas.com/read/2010/03/31/09312472/Jantung.Sehat.Berkat.Cokelat

Semoga Bermanfaat
klinikalangalang.blogspot.com