Sirsak adalah tanaman yang berasal dari dataran Amerika Tengah dan bagian utara Amerika Selatan. Orang-orang Spanyol kemudian membawanya ke Filipina dan akhirnya tersebar ke seluruh pelosok nusantara. Masuk kedalam famili annonaceae dan spesies muricata, yakni famili tumbuhan yang memiliki bunga dan buah yang manis. Namun demikian buah yang sudah masak mempunyai rasa yang lebih asam daripada manis.
Masyarakat di Indonesia telah mengenal tanaman sirsak secara turun menurun sebagai tanaman obat. Masyarakat Aceh misalnya, memanfaatkan daun sirsak untuk mengatasi batuk. Etnis Madura memanfaatkan buahnya untuk meredam diare dan sakit perut, sementara itu di Kalimantan penduduk lokal memanfaatkannya untuk mengobati demam (Adi Wicaksono, 2011, hal. 18-19). Dan saat ini masyarakat luas mengenalnya sebagai obat anti kanker.
Sepanjang tahun 1995-1996, Dr. Jerry McLaughlin dari Universitas Purdue Amerika Serikat bersama Prof. Dr. Soelaksono Sastrodihardjo dari Departemen Biologi Institut Teknologi Bandung melakukan riset berkenaan dengan daun sirsak. Menurut Soelaksono, sebelum dikenal sebagai anti kanker, biji dan daun sirsak dikenal di Indonesia sebagai pestisida alami. Bijinya bisa membunuh larva hama seperti helicoverpa armigera. Sifat sitotoksik (agen/proses yang dapat membunuh sel) inilah yang menjadi salah satu ketertarikan McLauglin meneliti tanaman tersebut.
Hasil riset McLaughlin dan Soelaksono melaporkan bahwa daun sirsak mengandung annomuricin E., senyawa kelompok acetogenins. Dari 14 jenis acetogenins, 13 diantaranya berpotensi menghambat multi-drug resistance (MDR) pada sel kanker payudara degan cara menghambat kinerja pembentukan ATP (Adenosin Trifosfat)-Energi oleh mitokondria pada sel kanker. Acetogenins sejatinya merupakan kumpulan senyawa aktif dalam daun sirsak.
Bahkan pada studi lanjutan yang dilakukan secara in vitro, McLaughlin dan rekan membuktikan keampuhan daun sirsak pada beragam sel kanker seperti sel kanker paru-paru, sel kanker usus, sel kanker ginjal, sel kanker prostat dan sel kanker pankreas. Kehebatan acetogenins ini dipercaya 10.000 kali lebih kuat dibandingkan adriamycin (mempunyai nama generik doxorubicin), obat kanker yang banyak dijual di pasaran. Ekstrak kasar daun sirsak < 20 ug/ml (mikrogram per milimeter) atau senyawa murni < 4 ug/ml efektif digunakan untuk memberangus sel kanker.
Periset Fakultas Kedokteran Universitas Nasional de Mayor, Lima, Peru, Angel Quispe dan David Zavala, menemuka fakta yang sama. Mereka meriset ekstrak daun sirsak pada sel kanker H460. Hasilnya acetogenins sangat selektif. Seorang pendiri Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Ervizal A.M. Zuhud, MS, mengatakan,
"Sebetulnya semua herbal mempunyai sifat seperti itu. Namun yang saya ketahui sampai saat ini, senyawa yang bersifat itu (sangat selektif) baru acetogenins"
Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Joabe Gomes de Melo, yang dipublikasikan dalam jurnal Molecellus edisi 24 November 2010. Percobaan dilakukan secara in vitro dengan mengambil sel kanker laring dan paru-paru. Awalnya daun sirsak diekstrak dengan methanol sebanyak 300 ml selama 72 jam menjadi ekstrak dengan hasil kurang lebih 221,52 ug/ml. Uji sitotoksik terhadap sel kanker menunjukan bahwa ekstrak daun sirsak berpotensi sebagai tumor dan kanker.
Dosis daun sirsak yang diresepkan kepada penderita kanker adalah 7, 10, 15, 17, 21 atau 31 lembar tergantung pada stadium kanker dan kondisi pasien. Jika kondisi pasien lemah dan mengkonsumsi dalam dosis tinggi, misalnya 15 lembar daun, aka memberikan efek samping seperti sesak nafas, sehingga demikian dosis diturunkan menjadi 7 atau 10 lembar.
Salah satu ramuan yang dianjurkan :
7-10 lembar daun sirsak (yang masih berwarna hijau)
5 lembar daun sirih
1 sendok teh garam.
Semua bahan dicampurkan jadi satu kemudian ditambahkan 4 gelas air lalu direbus hingga 3 gelas. Ramuan ini digunakan untuk diminum sehari dan boleh diminum sedikit demi sedikit.
Untuk ramuan anak-anak :
3-5 lembar daun sirsak, tambahkan 2 gelas air, sejumput teh bubuk, setengah ruas jari kayu manis, gula aren dan 1 sendok teh garam. Sisakan 1 gelas air dan diminum sedikit demi sedikit.
Dari sudut pandang TCM (Traditional Chinese Method), daun sirsak termasuk herbal panas. Maka itu tidak sedikit herbalis yang menyarankan ketika mengkonsumsi rebusan daun sirsak memadukannya dengan herbal dingin seperti alang-alang, sirih, rumput laut (bisa dalam bentuk agar-agar) supaya efek samping panas yang ditimbulkan, seperti sariawan, tidak dialami oleh penderita kanker. Menurut dr. P. Wahyudi Halim, rasa panas itu diduga muncul karena adanya pelepasan energi saat acetogenin merusak ATP.
Sumber Bacaan :
Daun Sirsak vs Kanker. Redaksi Trubus. PT. Trubus Swadaya. Depok.
Kalahkan Kanker dengan Sirsak. Adi Wicaksono. Citra Media Mandiri. Mei 2011.
Semoga Bermanfaat.
Budi Aribowo